Film Tongpan dilatarbelakangi oleh keadaan Thailand pasca percobaan kudeta yang gagal oleh pelajar dan petani pada tahun 1973. Tongpan sendiri adalah seorang petani “peasant” yang kadang juga bekerja serabutan. Melalui tokoh ini, gambaran mengenai situasi dan kondisi sosial, politik dan ekonomi Thailand di era 70-an terilustrasikan. Kita dapat melihat bagaimana Tongpan dan keluarganya berusaha bertahan hidup ditengah situasi dan kondisi Thailand yang sedang mengalami krisis multidimensional yang secara tidak langsung juga merupakan gambaran keluarga-keluarga kaum marjinal yang lainnya.
Film ini pada dasarnya mengangkat hubungan kaum marjinal atau kaum tersingkirkan (petani, buruh, pengangguran, dll.), kaum intelektual atau pelajar serta pemerintah. Ketiga pihak tersebut terpecah dalam dua kubu yang saling bertentangan satu sama lain yaitu kaum marjinal dengan intelektual yang kontra terhadap pemerintah. Hal ini disebabkan pemerintah dianggap terlalu kapitalis karena sikapnya yang apatis terhadap penderitaan rakyat Thailand.
Kaum intelektual yang tergabung dalam liberal group berinisiatif menggelar seminar dengan mempertemukan rakyat dan pihak pemerintah dalam satu forum untuk membahas pembangunan dam “Pa Mong” (1975) yang disinyalir sebagai proyek hidro-elektrik terbesar di dunia. Pembangunan dam ini diharapkan banyak rakyat Thailand dapat memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraan mereka dengan asumsi tercukupinya irigasi bagi sawah pertanian mereka. Melalui bujukan seorang teman, Tongpan bersedia menjadi salah satu wakil kaum marjinal dalam seminar tersebut.
Dalam prakteknya, diskusi yang digelar justru memunculkan pro dan kontra antara pihak yang setuju terhadap pembangunan dam dengan yang tidak. Kebuntuan yang terjadi dalam diskusi membuat Tongpan merasa pesimis akan masa depan yang lebih baik bagi kaum marjinal, segera ia meninggalkan forum diskusi tanpa sepatah kata pun dan tanpa diketahui siapa pun. Sampai saat ini proyek dam “Pa Mong” tidak pernah terlaksana.
Film ini sangat menarik untuk ditonton sebagai bahan kajian bagi para sosiolog, birokrat dan ekonom karena di dalamnya terdapat isu-isu sosial, politik dan ekonomi yang secara ekplisit ditampilkan. Lebih menarik lagi, karena kerasnya kritik terhadap pemerintah yang termuat dalam film ini, berbagai pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan film ini harus menghadapi penangkapan dan pengasingan oleh pihak pemerintah. Film ini berakhir pada pencekalannya di tahun 1976.
By: Wahyu Budi Nugroho
0 komentar:
Post a Comment